Belum Ada Judul the series {epsisode 2}

                                                             Ayu Ratna


                                                                 mbak anik

                                                                   Herman

       

Pagi setelah semuanya beres,aku meminta Herman untuk mengantarkan widya kesekolahnya,dan andre berangakat ke kampus menggunakan sepeda motornya...aku pun bersiap-bersiap untuk pergi ke toko kami...Hari ini aku mengenakan baju gamis panjang di padu hijab yang serba hitam,aku pun berangkat ke toko naik motor maticku...sampai ditoko aktifitas seperti biasa pun dimulai,para karyawan sibuk mulai dari menyusun barang,melayani pelanggan dan lain-lain,aku seperti biasa duduk di kasir maklum ibu bos hehehe....

        Hari hampir jam satu siang cuaca siang cukup panas membuat kepala aku agak sedikit pusing..aku memanggil mira"mira kesini sebentar',lalu mira menghampiriku "ada apa ibu????""kamu gantiin ibu di kasir sebentar ibu mau istirahat pulang kepala ibu agak sedikit pusing" baik bu mira menjawab...sementara dewi dan santi sibuk melanyi pelanggan toko,dan Fadly aku suruh merapikan stok barang digudang.tak lama aku pun samapai di rumah.

           Aku langsung membuka pintu depan yang tidak terkunci,mungkin mba ani lagi masak di dapur pikirku,aku lansung menuju kamar ku,sampai di kamar aku membuka gamis serta hijabku..hanya tinggal bra dan celana dalamku...aku rebahan diatas tempat tidur dengan hanya menggunakan bra dan cd ku dan kedua juga bewarna hitam seperti pakaian yang ku pakai tadi ke toko...setelah kurang lebih sepuluh menit aku rebahan aku mulai merasakan haus,aku berdiri dan mengambil daster,lalu aku beranjak mencari air minum kedapur.

     Tetapi saat aku melangkah ke dapur tiba-tiba aku mendengar suara aneh dari kamar herman pembantu ku,aku mencoba mendekat dan suara itu semakin kuat terdengar di telingaku..itu seperti suara mbak anik yang lagi merintih desah nya jelas terdengar di telingaku...'apa yang mereka lakukan"apa yang sebenarnya terjadi, apa yang herman dan mba ani  lakukan berduaan dalam kamar itu?” lagi-lagi fikiranku menimbulkan tanya.

“atau jangan-jangan mereka berdua...” belum selesai aku berucap, aku mendengar suara yang tidak jelas dibalik dinging kamar itu.

Suara yang terdengar seperti percakapan yang tidak jelas, antara laki-laki dengan perempuan. Suara laki-lakinya terdengar berat dan berkharisma, sura wanitanya terdengar begitu manja…Itu suara herman juga mba anik, samar-samar terdengar tidak jelas. Aku coba mendekatkan telingaku pada dinding itu untuk dapat mendengarkan percakapan mereka lebih jelas lagi.

Dan aku mendengar satu kalimat yang sangat mengejutkanku, kalimatnya terdengar jelas saat aku menempelkan telingaku pda dinding kamarku.

“mann, buruan bantuin bibi.. jangan dimainin teruss,, udah basah..aahh”

Kalimat itu yang terdengar sedikit lebih jelas namun tetap samar.

“astagfirullah,,... apa yang mba anik katakan? Apa yang dimaksudkan dari perkatanya itu? Apa mungkin mereka berduaa.....”

Aku makin penasaran dan melanjutkan langkahku dengan perlahan menuju jendela kamar itu. Sesampai dijendela kamar herman aku coba mengintip pelan-pelan. Hatiku sungguh berdebar, nafasku tidak teratur, tubuhku gemetaran, saat akhirnya sebelah mataku mampu untuk melihat apa yang ada didalam kamar itu.

“Astagfirullahh,, mba ani....”

Aku melihat mba anik  sedang mengangkang di atas tempat tidur tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh polosnya.

“astagfirullah mba ani, apa yang kamu lakukan?”pertanyaan yang tersu menggema dalam benakku.

Dalam posisinya tersebut mba anik  terus mendesah karna herman masih terus saja memainkan jarinya di selangkangan mba anik.

mba anik terlentang juga mengangkang ditempat tidur dengan herman berada di tepian tempat tidur. Tangan kananya terus saja bergrilya di daerah kewanitaan mba anik  yang tampak begitu mengkilap dan basah. Tangan kiri herman juga tak kalah aktif terus memainkan payudara kiri mba anik.

Aku bisa melihat dengan jelas walau dari sudut jendela kamarku ini. Walau dengan diam-diam dan hanya ujung mataku saja yang melihat dengan jelas. Aku tetap bertahan dan terus menikmati peertunjukan ini.

Dengan posisiku yang setengah berjongkok ini aku harus terus mencoba bertahan dan tidak mengeluarkan suara yang bisa membuat annisa dan mang ujang menyadari keberdaanku.

“maaaan,, udah dongg.. udah basah ini man.. cepat puaskan bibi man..” suara mba anik terdengar parau dibawah kendali nafsu.

“hahaha, bibi pengen buru-buru aja bi. Sabar bi , tadi aja nolak-nolak. Sekarang seperti ikan kehausan. Hehe” jawab herman.

“maan,, aahhh... sekarang aja man,, gateell maan..” jawab mba ani terdengar manja.

“emang mau diappain bia sama aku? Hehe” kata herman.

“entotin bibi man, kawinin bibi sekarang man,, shhh...” jawab mba ani sambil mendesah, karena jari-jari herman mengocok kewanitaanya dengan lebih kencang.

“tapi bibi harus janji mau nurutin semua maunya aku?!” titah heram.

“iya man,, auuhh,, ssshhh” erang mbak anik,

“iya apa bi, yang jelas dong.hehe” kata herman lagi sambil terus menggerakkan tangannya dengan intens.

“iyaa bibi mau nurutin semua maunya kamu, apaa..apaapunn oohh... mang..” jawab mba sedikit berteriak keenakan.

Aku masih tidak bisa percaya melihat pembantu sedang bermain cinta dengan keponakan kandung nya, dirumahku.dan memohon untuk dipuaskan.

“apa yang sebenarnya terjadi pada mba anik, mengapa dia jadi sebegitu rendah, astagfirullah.” Kata-kata ku dalam hati.

“bener ya bi, mau nurutin semua maunya aku? Jadi budak seksnya aku,  jawab herman sambil menghentikan gerakan tangannya.

“iyaa maan,, bibi mau man,, bibi mohon man, jadiin bibi budaknya maman..” jawab mba ani sedikit memelas.

Aku terkejut mendengar percakapan mereka berdua, apa lagi kalimat terakhir yang diucapkan oleh herman.

mengapa mba ani sebegitu rela untuk dijadikan alat pemuas oleh herman? Apakah yang mba anik rasakan begitu luar biasa sehingga dia rela untuk dijadikan budak.” Pertanyaan demi pertanyaan tak pernah usai dalam benakkku.

“siap kalo begitu mah neng, bakal mamang puasin neng nissa sekarang, besok, dan besoknya lagi, dan seterusnya.. hehe” kata mang ujang sambil langsung melumat bibir annisa.

Pergumulan mereka terlihat begitu seru diatas ranjang. Herman  melumat bibir bibinya dengan sanga buas. Dipeluknya bibinya lalu dihisapnya bibir itu kuat-kuat. Dari sini aku hanya bisa mendengarkan suara-suara cumbuan mereka yang begitu dahsyat.

“cuppp,,, shhhh..,,, aiihhh...sslurrpss”

“sllrppsss...mmfhhhhh,, mmffhhfhhhhh...””

Aku tak mampu lagi melihatnya. Aku terduduk tepat dibawah jendela, bersandar pada dinding kamarku. Masih tak habis pikir dengan apa yang terjadi saat ini. Tubuhku lemas, keringatku mengucur deras. Birahiku kembali meninggi seiringan dengan suara-suara yang aku dengar dari belakang. Juga bayangan tentang pergumulan mereka.

Aku ingin sekali menyaksikan mereka bergumul, tapi entah kenapa aku tidak sampai hati melihatnya. Tapi suara-suara itu sungguh menggoda, bahkan hanya dengan mendengarkan suara yang diitimbulkan dari pergumulan mereka aku sudah tidak bisa mengontrol birahiku lagi. Aku ingin sekali menyentuh tubuhku, tanganku sudah tak dapat ku kontrol lagi.

Aku merabai tubuhku sendiri seraya mendengarkan desahan kenikmatan yang dikeluarkan oleh anissa. Aku masih tak berani melihatnya, padahal mereka melakukan dosa besar dihadapanku. Bahkan didalam rumahku. Tapi aku tak mampu menghentikan mereka. Entah karena aku takut atau malu. Atau mungkin aku yang memang tak ingin ini berhenti sekarang.

“ouhh man masuk man.... hmmmmffhh,..” tedengar suara mba ani sedikit berteriak.

“masuk apa nya bibi ku sayang?hehe.” jawabherman sambil cengengesan.

“kontolnya maan,, auuhss,.. kontolnya kamu masukkk padett,, hhmmppf” mba ani meracau lagi.

.

Aku sungguh tak mampu mendengar semuanya itu, semua terasa begitu menyakitkan. pembantu ku yang sudah bertahun tahun ikut dengan sedang melakukan dosa, dosa yang sangat terlarang. Tapi aku juga tak mau menutup telingaku, tanganku juga terus-terusan sibuk memainkan payudaraku bahkan vaginaku udah terasa basah dibalik pakaian dalamku.

Aku ingin sekali melihatnya tapi aku masih belum berani membuka mataku dan masih bersandar didinding dibawah jendelaku.

“aahhhhh maan, apaaa itu..hmmppff..” teriak mbak anik.

“berurat maan,, berottoot,, geeliii maan,, aaisshhh ennaakkk!” lenguh mba ani.

Aku tercengang mendengar kata-kata mba ani.

“Apa benar yang dikatakan mba ani tadi, apa sebegitu menakjubkannya barang milik keponakannya?” gumamku dalam hati.

“berurat? Bahkan berotot? Apa ada yang seperti itu?” tanyaku lagi penasaran.

Karena rasa penasranku yang semakin tinggi, lalu aku beranikan diri untuk kembali mengintip kejendela kamarku.

“astagfirullah......mba aniiii...!” ucapku tertahan saat melihat posisi mba ani yang sedang telungkup menghadap cermin meja rias Sambil terus ditusuk oleh benda besar kepunyaan keponakannya.

“be..,,beruraattt,, bero,, berotott.” Aku terbata saat melihat benda yang terus saja keluar masuk vagina mbak ani.

“hmmmppfff,, maan bibi nisssaa mau keluarr maan!” erang mba ani saat hendak mencapai orgasmenya.

“iya bi keluarin aja!” jawab herman.

“bibi keluar maan......aaahhhhhh!”  teriak mbak anik begitu lega.

Terlihat cairan cinta mba ani muncrat keluar seperti pancuran, bercucuran kemana-mana saat keponakanya mencabut kejantanannya untuk membiarkan mba anik menikmati orgasmenya.

“astaga...... batangnya tegap mengacung keatas mencapai pusar .” Aku terkagum melihat kejantanan herman itu. Sementara itu orgasme mba anik belum juga surut.

“aauuhh,, man ga berenti keluarnyaa, uuuhhhh..” mba anik merasakan cairannya tak juga surut.

“aku lanjut ya bi, belum beres!” jawab herman.

Tanpa menunggu aba-aba dari mba anik,herman langsung menusukan kejantanannya ke vagina mba anik.

“aahh maan, terus man... makin enaakk,, bibi sukaaa..” teriak mba anik.

Aku masih terus menikmati pemandangan erotis ini dari sudut jendela kamar. Aku pun tak hentihentinya merangsang tubuhku sendiri dengan intens. Aku sungguh tak mampu menahan birahiku. Sepertinya aku juga akan orgasme karna terus melihat pemandangan ini.

“hhmmmfff,, seandainya aku yang ada diposisi mba anik saat ini. Pasti sangat memuaskan rasanyaa.” Aku malah mengkhayalkan aku dalam posisi mba anik saat ini.

Seraya terus mengocokan jariku kedalam lobang vaginaku. Aku tak pernah melakukan hal ini sebelumnya, tapi saat ini jariku seakan sudah terlatih untuk memuaskan vaginaku.

“aahhhhm,,, hmmppfff...maaaan....” suara mba ani terdengar begitu merdu ditelingaku.

“hmmppfff,, mas hendra..” aku mendesah kecil,aku menyebut nama suamiku dalam desahanku

“aiiissshh,, man bibi sampaaii lagii... maannnn.. ennnaakkk aahhhh!” mba anik lagi-lagi mencapai orgasmenya dalam waktu yang sangat singkat.

Mendengar hal itu aku semakin bersemangat memburu orgasmeku dengan terus memainkan jariku.

“mas terus, terus mas,, teruss” desah ku perlahan.

“ bentar lagi mama sampai pa..”aku pun mencapai orgasme dibawah jendala....nafasku masih belum teratur setelah orgasme melihat mbak ani dan herman.....tiba-tiba handphoneku berbunyi

Ass,,Asssalamualaikum..Ah..Hmmm  Salamku Terbata Karna Aku Masih Terengah-Engah Saat Pendakian Menuju Orgasme Tadi.


Walaikumsalam... Jawabnya

Ini Suara Suamiku, Kenapa Dia Menelponku Sekarang? Gumamku Dalam Hati.

Ma, Kamu Gpp Kan? Ko Terengah-Engah Gitu? Tanya Suamiku.

Aku Masih Coba Untuk Mangatur Nafasku Untuk Mulai Bicara Dengan Tenang.

Mama Gpp Pa, Tumben Papa Nelpon Siang? Jawabku Lagi

Ouh Gpp Ma, Papa Cuma Kangen Dengar Suara Mama  Hahaha, Jawabnya Sambil Tertawa.

Mama Lagi Nonton Film Porno Ya?????Tanya Suamiku
Aku Tak Mampu Berkata-Kata Mendengar Ucapan Mas Hendra, Salahku Juga Mashi Tidak Beranjak Dari Tempat Ini. Tapi Memang Aku Tak Mampu Bangkit Kakiku Masih Terasa Lemas.

Mama, Benarkan Apa Kata Papa???.
Tapi Pa... Belum Selesai Menjawab Aku Menghentikan Kalimatku.

Apakah Aku Harus Memeberitahu Mas Hendra Rudolf Apa Yang Sebenarnya Terjadi Atau Biarkan Saja Dia Dengan Analisanya. Aku Berfikir.

Tapi Apa Sayang, . Skg Malah Kamu Kencangkan Suara Film Prononya. Apa Kamu Senafsu Itu. Hahaha.. Jawab Bang Rudolf.

Aku Kaget Sekali Sata Melihat Satu Tangann Mbak Anik Keluar Melallui Teralis Jendela Kamar. Apa Yang Dilakukan Mang Herman Membawa Mba Anik Sampai Kesini. Pantas Saja Suaranya Semakin Kencang. Bahakan Mas Hendra Menyadari Ini.

Hhmmppff, Maan Nanti Keliatan Oraang....Aaihh Suara Mbak Anik Tak Dapat Kuhentikan, Tapi Aku Juga Tak Mampu Menutup Telponku. Yang Aku Lakukan Sekarang Hanya Menutup Mulutku, Duduk Lebih Rendah Dan Memelankan Suara Bicaraku Ditelpon.

“Tapi Ma, Film Yang Kamu Tonton Itu Bagus Banget Pasti Ya. Suaranya Begitu Jelas, Dan Berbahasa Indonesia. Merdu Pula Suara Desahan Wanitanya. Hahaha Saya Ga Nyangka Kamu Suka Nonton Film Porno Negri Kamu Sendiri.Tiga Hari Lagi Papa Pulang Kok” Kata Mas Hendra Lagi…Ywdh Y Ma,Papa Lanjutkan Kerja Papa Lagi,Selamat Menoton Sayang…Tutup Mas Hendra


Dihadapanku Aku Melihat Pembantuku  Sedang Meregup Kenikmatan Dengan Luar Biasanya Didalam Kamar. Aku Sungguh Iri Melihatnya  Bisa Merasakan Kenikmatan Itu. Disisi Lain Semakin Tinggi.

Maaan,, Bibi,, Aisshh Keluarr Lagii....Aaahhhh,Teriak Mba Anik.
Astagfir,, Mba Anik  Lagi-Lagi Orgasme. Alangkah Beruntungnya Dia Disana, Sedangkan Aku Disini Terus

Tersiksa Dibawah Birahi Yang Tak Tersalurkan. Gumamku Dalam Hati.
Aku Sudah Tek Perduli Lagi,Suatu Saat Aku Harus Merasakan Yang Mba Anik Juga Rasakan. Aku Tak Peduli Dengan Siapa Aku Meraihnya, ,Siapapun Lelaki Yang Bisa Memuaskanku Sekarang Termasuk Mas Hendra. Aku Tak Mau Lagi Membohongi Diriku, Aku Tak Ingin Lagi Jadi Munafik.


Desahan-Desahan Mba Ani Masih Terus Terdengar. Tapi Suaranya Sudah Menjauh, Mungkin Mereka Sudah Kembali Keranjang. Ini Saatnya Aku Harus Pergi Ke Kamarku. Dengan Sedikit Merangkak Aku Coba Untuk Menjauhi Jendela Kamar. Lalu Setelah Melewatinya Aku Sedikit.Aku Berlari Masuk Dan Menuju Langsung Ke Kamarku…

Aku Bergegas Memakai Gamis Dan Aku Segera Kembali Ke Toko………..

.

Related Posts :

0 Response to " Belum Ada Judul the series {epsisode 2}"

Post a Comment