Tetangga Dari Neraka

Sedikit tentang diriku,
Namaku Adit Reza, orang sering memanggil ku Adit. Kini Aku masih duduk di kelas 3 SMP di salah satu sekolah menengah pertama negeri di Jakarta. Aku anak kedua dari dua bersaudara, kakaku Sinta sudah duduk di kelas 3 SMA. Ibuku hanyalah ibu rumah tangga bisasa , sedangkan Ayah adalah pegawai swasta yang bisa dibilang cukup sukses.

Walaupun sudah berusia 15 tahun , orang-orang di sekitar-ku selalu memperlakukan-ku seperti anak kecil. Mungkin karena pertumbuhan ku yang sedikit lambat dibandingkan dengan teman-teman sebaya-ku. Dengan tinggi yang relatif pendek dan sedikit berisi membuat wajah-ku masih terlihat kekanak-kanakan.

Kata Ibu-ku, dulu ketika aku masih kecil sangatlah lucu dan menggemaskan, hingga membuat orang-orang di sekitarku selalu gemas terhadapku. Oleh karena itu, hal tersebut terus terbawa hingga diumur-ku yang mulai beranjak dewasa. Beberapa Ibu-Ibu tetanggaku bahkan masih sering iseng mencubit pipiku gemas.

Yah..Bagi-ku yang sudah mulai mengenal hal-hal berbau seks ini,semua itu adalah sebuah keuntungan. Tidak jarang aku dapat merasakan kelembutan payudara beberapa Ibu-Ibu yang kadang gemas dan memeluku. 

Pada jaman sekarang ini, tentu saja mudah bagi remaja tanggung seusiaku untuk mengakses situs-situs dewasa di internet. Dari situ pula-lah aku mulai mengerti akan keindahan bentuk tubuh wanita, betapa nikmatnya hubungan seks, dan hal-hal berbau porno lainnya. Walaupun selama ini, aku cukup puas dengan hanya onani untuk sekedar melepas birahiku. Namun lama-kelamaan mulai terbesit keinginan untuk meraskan langsung kenikmatan tubuh wanita.

Target No. 1 : Tante Ida
Sampai saat ini, target utama-ku tentu saja tante Ida, tetangga sebelah rumahku. Perkenalkan tante Nurida atau sering ku panggil tante Ida.

Spoiler for Ilustrasi Tante Ida:

image host


Wanita beranak satu ini memang memiliki tubuh yang sangat terawat walaupun usianya sudah 40-an. Tante ida juga memiliki satu anak perempuan, yang masih berusia satu tahun. Walaupun sudah lama menjalani pernikahan dengan Om Agung, namun Om Agung yang bekerja sebagai pelaut,dan jarang berada di rumah, membuat pasangan tersebut telat dikaruniai anak. 

Sebagai seorang tetangga yang cukup dekat dengan keluarga-ku, tentu saja tante Ida juga sangat menyayangi aku dan mungkin menganggap-ku sebagai anaknnya. Tante Ida memang terkenal humoris dan blak-blakan, sehingga banyak tetangga lain yang senang mengobrol dengan-nya, atau hanya sekedar menanggapi lawakan-lawakan dari tante Ida.

Namun dari kesemua itu, yang paling membuat aku panas dingin adalah bentuk puting tante Ida yang selalu menonjol dari dasternya, yang kini mulai mencuri perhatianku. Karena sudah menganggap-ku sebagai anak-nya, tante Ida tidak canggung untuk tidak pakai BH saat dirumah, walauppun aku sedang bermain disana.

Hmm…mungkin cukup untuk perkenalan saat ini, baiklah aku akan mulai menceritakan beberapa aksi-ku.Misi 1: Ketiak Tante Ida 

Semakin lama, rasa penasaran-ku pada tubuh wanita semakin bertambah. Beberapa kali aku mencoba mendekati gadis sebaya-ku di sekolah, namun gagal. Mungkin karena tubuh-ku yang kecil dan wajah-ku yang masih seperti anak-anak, membuat-ku sulit bersaing dengan kaum badboy, yang di gandrungi di sekolah-ku.

Entah kenapa, tiba-tiba terbesit di kepala-ku untuk mengerjai tante Ida. Mungkin karena tante Ida lah satu-satu-nya wanita yang akrab dengan-ku, selain Ibu dan kakak-ku. Namun bagai mana caranya, agar aku bisa menikmati tubuh tante Ida. Kedekatan tante Ida dengan keluarga-ku membuat aku harus hati-hati dalam bertindak.

Sampai suatu saat, aku mendapatkan Ide untuk memulai dari bagian tubuh yang tidak terlalu intim. Misal-nya ketiak, paha, atau perut, Hmm untuk permulaan mungkin itu adalah ide yang tidak buruk. Sekalian melihat respon tante Ida, dan memikirkan cara untuk langkah selanjut-nya.

Dan rencana-ku akan dimulai hari sabtu ini. Sudah hampir dua minggu ini aku memperhatikan tante Ida selalu mengikuti senam yang diadakan setiap sabtu pagi, di lapangan voli RT rumahku. Tante Ida yang selalu memakai tangtop saat senam, memudahkan aku untuk memulai siasat awal-ku. Maka terbesitlah sebuah Ide, untuk mencoba mendekati tante Ida yang berkeringat sehabis senam… HIHIHIHIHIHIHIHIHIHI…(Mission Activated) 

Sabtu Pagi.

Sabtu ini aku sengaja bangun lebih awal, untuk menunggu tante Ida pulang dari senam pagi. Sambil menyantap roti bakar bikinan Ibu, aku duduk di teras rumah sambil mengawasi jalan di depan rumahku, kalau-kalau tente Ida lewat sehabis senam.


“Ahh udah mau jam setenggah delapan, kok belum lewat juga yah? Apa hari ini, tante Ida gak ikut senam” Gumam-ku dalam hati.


Namun tak lama, suara berisik Ibu-ibu yang sedang ngerumpi, mulai tersengar semakin mendekat. Dengan sigap aku berlari ke arah pagar, untuk memastikan sumber suara tersebut.

Dan benar saja. Aku melihat Tante Ida sedang berjalan dan asik mengobrol, dengan Ibu-ku. Wuiiiihhh….benar saja. Pagi init ante ida terlihat seksi, tubuh bahenol-nya hanya tutupi oleh atasan berupa tangtop olah raga berwarna putih,dengan dua utas tali Bh hitam yang mengintip di pundaknya. Sedangkan bagian bawah tubuh tante Ida yang semok, hanya ditutupi sebuah legging abu-abu. Dari kejauhan, Leher dan tengkuknya yang terbuka terlihat mengkilat, akibat keringatnya yang memantulkan cahaya matahari pagi. Bentuk Bh hitam-nya tercetak jelas di tangtop putih yang ketat. UUUggghhhh


“Bulls-eyes” Ucapku dalam hati.


Sebenarnya penampilan Ibu-ku, juga tidak kalah menarik. Ibu-ku yang selalu berpakaian serba tertutup(ber-hijab), kini hanya menggunakan kaos berlengan panjang tipis, berwarna putih. Dan legging berwana abu-abu, penutup kepala-nya yang biasa terurai panjang menutupi dada, kini diikatnya di leher. Membuat kedua payudaranya, yang tidak terlalu besar dan sedikit kendur(khas ibu-ibu) berguncang mengikuti langkah kakinya,seirama dengan payudara tante ida yang lebih besar.


“Mungkin itu seragam senam hari ini..hmm putih.. bisa aja tuh RT bejat” tebak-ku dalam hati.


Akhirnya mereka pun sampai di depan gerbang rumah-ku. Ibu-ku pun langsung membuka gerbang dan menoleh heran, kearah-ku yang sedang berdiri, sambil memegangi pintu gerbang. Hmmm.. aroma khas keringat yang bercampur parfum, kedua wanita itu mulai menusuk-nusuk di hidung-ku.


“Dit…tumben kamu sudah bangun jam segini?” Tanya Ibu-ku heran

“Iya..lagi nunggu tante Ida nih..Adit udah kangen sama dek Rita(anak-nya tante Ida)” Jawab-ku manja

“Hmm Rita kayanya masih tidur deh Dit. Tapi kalau kamu mau main kerumah tante, yaudah gak apa-apa.” Sambar tante Ida.

“Bo..Boleh tante.” Jawab-ku sedikit terbata-bata.


Gimana aku tidak terbata-bata. Kini setelah dari dekat, aku dapat melihat tangtop tante Ida yang sudah dibasahi keringat, di bagian dada-nya. Menampakan sebuah belahan payudara mengintip yang mengkilat oleh keringat, serta Bh hitamnya, yang menerawang di balik bagian dada tangtop-nya. Ditambah lagi celana dalam-nya yang basah, tercetak di celana legging abu-abunya.


“Dit..Kamu ngeliatin apa sih dari tadi?” Tanya Ibu-ku, mulai menyadari aku yang melongo.

“Eh..Engak kok Bu.. Tante Ida sama Ibu cape yah, abis senam? Sampe keringatan gitu” Jawab-ku mencoba berkelit.

“Iya DIt, lumayan pagi-pagi seger, cari keringat. Pegang tuh celana tante aja sampe basah semua Dit.” Jawab tante Ida sambil menarik tanganku, untuk menyentuh bagian paha celana-nya, yang basah.


Seeerrrrr….jantungku pun berdesir, saat telapak tangan-ku merasakan legging tante Ida yang basah. Membuat hasrat-ku kian menggebu-gebu. Ingin rasanya aku meraba paha halus tersebut. Namun ini bukan-lah saatnya, aku harus sabar dan berhati-hati untuk mendapatkan lebih. Paling tidak, kini aku bisa merasakan betapa mulus dan lembutnya paha tante Ida.


“Ayo Dit.. Katanya mau maen ke-rumah?” Ajak tante Ida.

“Oke..deh. Bu Adit maen di rumah dek Rita yah??” Ujar-ku pamit.

“Yaudah.. Jangan nakal loh Dit. Kasian dek Rita-nya masih bo2” nasihat Ibu-ku sambil berteriak kearah-ku, yang sedang berjalan mengikuti tante Ida.


Dan akhirnya aku sampai di rumah tante Ida.


“Duduk aja dulu Dit, dek Rita-nya masih bo2 di kamar” Teriak tante Ida yang pergi melihat keadaan putrinya dikamar.

“Iya tante. Nama-nya juga anak bayi” Jawab-ku sok

“hahaha.. Emang kamu sudah besar Dit?”


Ku lihat tante Ida sedang kembali menghampiri-ku ke ruang tamu. Tangtop senam tante Ida yang ketat, membuat kedua payudara besarnya terllihat membulat dan bergetar seiring hentakan langkah kakinya. Tentu saja yang paling mencuri perhatian-ku adalah bercak keringat di daerah ketiak dan pangkal pahanya, yang begitu terlihat seksi bagi-ku. Leggingnya yang ketat, membentuk gundukan kecil di tengah selangkanganya. Membuat-ku harus bersusah payah menahan birahi-ku yang kian meluap.


“Heee… Udah dong tante”

“Gitu yah Dit.. Tapi tante ngerasa-nya kamu masih kecil aja loh Dit” Ujar tante Ida yang kini ikut duduk di sebelahku.

“Masah sih tante? Adit udah mau SMA loh.”


Kerena duduk kami bersebelahan, kini aku dapat melihat dengan jelas bercak keringat di hampir seluruh pakaian tante Ida pagi. Wangi keringat bercampur parfume tante Ida, kini juga mulai tercium samar di hidung-ku.


“Wah. Gak kerasa yah Dit? Perasaan baru kemarin, tante gendong-gendong kamu.” Ujar tante Ida membuyarkan lamunan-ku

“Iya aku kan sudah kelas tiga SMP tante. Emang dulu tante sering gendong-gendong Adit?”

“Iya Dit. Kalau Ibu-mu lagi sibuk di rumah, Tante Ida yang ngelonin kamu.”

“Gitu yah tante” Jawab-ku asal, karena sedang mencuri-curi pandang pada payudara tante Ida yang bergerak-gerak saking semangat-nya cerita.

“Kamu inget gak Dit? Kalau kamu lagi rewel, kamu sering gusel-gusel ke ketek tante. Dan entah kenapa, pasti kamu langsung anteng kalo udah ngetek sama tante” Jelas tante Ida.

“Wah.. kesempatan bagus” Ucap-ku dalam hati, karena tante Ida mulai membahas masalah ketiak. Terbesit Ide di kepalaku untuk memanfaatkan peluang ini. (Bib..Signal detected)

“Aku lupa tante. Emang kenapa gitu tante??” pancing-ku.

“Loh kok Tanya tante.? Kan kamu yang doyan ngetek. Lagian emang gak bau apa?”.


Dan tiba-tiba tante Ida mulai mengangkat kedua tangannya dan mulai menguncir rambut-nya ke atas. Tentu saja aksi tante Ida, membuat kedua ketiaknya yang tidak ditutupi tangtop, terlihat jelas dihadapanku. Akupun terpanah melihat lipatan kulit ketiak tante Ida yang sedikit menghita dan bersih dari bulu.


“Ma…mana Adit ingen tante. Hee” Jawab-ku sempontan.

“Betul juga kamu…ihhh” Ujar tante Ida, sambil mencubit gemas pipiku.

“A..anu tante..”

“Eh kenapa Dit?” Tanya tante Ida, sambil terus mengikat rambut.

“Ke..ketek tante kok…” Ucap-ku terbata-bata.

“Kenapa ketek tante Dit?” Tanya tante Ida lagi sambil menatap heran kea rah ketiak-nya.

”Eee.. Anu..tante.. Kok ketiak tante gak ada bulu-nya yah? Beda sama punya mamah?” Tanya-ku mencoba melihat reaksi tante Ida.

“Oh.. ini? Soalnya tante sering cukur, kan gak enak dilihat, kalau lagi pake tangtop kaya gini” Jelas tante Ida, sambil mengelus lipatan ketiak-nya.


Dengan sengaja aku mulai mendekatkan wajah-ku, ke arah ketiak tante Ida, sambil berpura-pura memasang wajah heran. Hmm… Aroma ketiak tante ida pun semakin jelas tercium.


“Jangan diliatin gitu ah Dit.. tante malu, dari kemarin belum sempat cukur, jadinya sudah mulai tumbuh lagi deh.” Ujar tante Ida sambil menurunkan kembali tangan-nya.


Dengan cepat otak-ku mencari ide bagaimana cara agar dapat melihat kembali ketiak tante Ida dari dekat.


“Gak ada bulu-nya kok tante.. “

“Ada tapi masih pendek Dit.. Nih liat” Tante Ida pun kembali mengangkat tangan kanan-nya sambil tangan satu-nya mencoba membuka lipatan-lipatan ketiak-nya, yang memang mulai ditumbuhi bulu-bulu pendek.

“Mana tante..?” Tanya-ku, mencoba memancing tante Ida, sambil mendekatkan wajah-ku pada ketiak tante Ida.

“Ini loh Dit.. Emang gak keliatan??”


Dengan sukses, aku berhasil membuat tante Ida tidak sadar akan niat-ku yang sebenar-nya. Perlahan-lahan aku terus mendekan wajah-ku, hingga kini mungkin hanya berjarak 10cm. Aroma ketiak tante Ida yang semakin tajam, mulai membuat-ku semakin terlena dan kewalahan untuk menahan birahi-ku.


“Ih..kamu mata-nya gimana sih Dit? Nih coba kamu rasain”


Tangan tante Ida pun, mengarahkan telapak tangan-ku untuk meraba ketiak-nya. Seeerrr… tiba-tiba tangan-ku merasakan sensasi, yang belum pernah aku rasakan sebelum-nya. Lipatan ketiak tante Ida begitu lembut dan sedikit lengket oleh keringat. Bulu-bulu ketiak-nya yang baru tumbuh-pun ikut menggelitik telapak tangan-ku.

Sepontan burung-ku pun, mulai bangun di dalam sangkar-nya. Aku yang sedang menikmati sentuhan lembut ketiak tante Ida pun, berusaha untuk tidak dikuasai oleh nafsuku sendiri.

“iya tante tajem-tajem”. Ujar-ku mengulur waktu.

“Udah ah. Tante geli Dit.” Perintah tante Ida, sambil melepaskan telapak tangan-ku dari ketiak-nya.


Walaupun masih ingin meraba lipatan kulit tante Ida lebih lama lagi. Aku pun menuruti perintah tante Ida. “tahan Dit, belum saat-nya” Ujar-ku dalam hati , sambil memilirkan langkah selanjutnya.


“Cuci tangan sana Dit, Bau loh tangan kamu..! Tante abis keringatan, belum mandi lagi” Perintah tante Ida lagi.

“Gak bau kok tante” Jawab-ku, sambil menciumi telapak tangan-ku yang dipenuhi aroma ketiak tante Ida.

Aroma ketiak tante Ida, sedikit berpindah ke tangan-ku. Aroma yang begitu khas hingga membuat-ku mulai terbuai oleh birahi-ku yang semakin meluap-luap.

“Heh.. Adit! Jorok ah.! Ujar tante Ida, sambil menangkap tangan-ku dan menjauhkan-nya dari hidungku.

Shiitt… aku kelepasan. Dengan sedikit takut, ku pandangi wajah tante Ida dan mengamati perubahan ekspresi wajah-nya. Namun ekspesi tante Ida tidak menunjukan adanya kemaraan. Dengan wajah memerah tante Ida masih melemparkan senyum-nya kepadaku.


“Dasar kamu Dit.. Gak berubah dari kecil, seneng banget sama bau ketek tante, dasar!” Ucap tante Ida dengan nada becanda.


“Fiuuh hampir saja.. Kaya-nya mulai sekarang harus benar-benar hati-hati dan perlahan nih, kalau tidak, malah akan gagal total” Ucap-ku dalam hati. Kembali ku tatap wajah tante Ida, untuk memastikan respon-nya akan tidakan-ku tadi. Namun ekspresi tante Ida yang malah becanda meledek-ku , memberikan sedikit pencerahan untuk melanjutkan akal bulus-ku.


“Tapi bener loh, ketek tante gak bau” Ujar-ku, kembali berusaha membuat tante Ida masuk ke dalam permainan-ku.

“Masa sih? Ih Bau asem gini kok Dit” Ujar tante Ida sambil mencium sela-sela pergelangan tangan-nya yang sedikit diangkat.


Dalam waktu sepersekian detik, otak-ku terus bekerja untuk mempertimbangkan rencanaku selanjut-nya. Sebenar-nya aku sedikit takut untuk merealisasi-kan rencana-ku berikutnya, namun ini adalah kesempatan yang tepat. Maka aku mencoba melanjutkan ketahap berikut-nya. Coba atau tidak sama sekali, Fikir-ku sambil mempersiapkan berjuata alasan, kalau-kalau rencana-ku ini gagal.


“Iya tante, tapi gak tau kenapa Adit suka” Jawab-ku polos.

“Bener kamu suka??” Tanya tante Ida.

“Iya Adit suka wangi ketek tante” Jawab-ku lagi, sambil tetap memasang wajah polos.

“Ihh.. Dasar kamu. Ngakunya udah mau SMA, tapi kelakuan masih tetep kaya anak kecil” Ledek tante Ida sambil mencubit gemas hidung-ku.


Bingo.. Sesuai harapanku, tante Ida malah menganggap-ku sepertu anak kecil yang polos. Aku pun mencoba maju ke langkah selanjut-nya, tentu saja aku telah mempersiapkan alasan, bila tante Ida mulai curiga.


“Tante.. !?“

“Iya dek Adit” ledek tante Ida.

“A..Adit boleh, nyoba ngetek kaya waktu kecil dulu.” Pinta-ku polos

“Katanya udah gede kamu Dit? Masa masih mau ngetek sama tante?”

“Yaudah kalau gak boleh, juga gak apa-apa kok tante” Jawab-ku sambil memelas.

“Tante becanda sayang, Adit boleh kok kalau mau ngetek lagi sama tante”. Ujar tante Ida sambil tersenyum.

“ya..yang be..bener ta..tante?” Ucap-ku terbata-bata, tidak percaya.

“Iya dek Adit” Jawab tante Ida sambil tersenyum.

“Se..sekarang tante??”

“Iya.. Tapi gimana caranya? Badan kamu kan sekarang sudah besar..”

“Iya yah.. Adit juga gak tau tante” Jawab-ku pura-pura polos.


Perlahan-lahan tante Ida pun menyandarkan tubuh-nya ke sandaran sofa. Lalu menggeser posisi lengan-nya, untuks edikit memberikan celah antara lengan dan badanya.


“Sini dit. Gini aja yah?”

“Iya..tante.”

“Cepet Dit..keburu Rita bangun loh..” Perintah Tante Ida


Dengan cepat aku langsung menagrub dan menaruh wajah-ku di antara ketiak tante Ida. Wangi ketiak tante Ida langsung tercium di hidungku, walau sebenar-nya aku tidak pernah berfikir untuk melakakan ini. Namun aroma tubuh tante Ida membuat birahi-ku semakin tinggi, dan betah berlama-lama di ketiak tante Ida.

Aku-pun mendapatkan pelajaran baru, bahwa aroma tubuh wanita ternyata juga bisa menjadi salah satu pembangkit birahi pria. Merasa tidak puas hanya dengan mengetek seperti ini, timbul niat-ku untuk mencoba sedikit bermain dengan ketiak tante Ida yang satunya.


“Tante…Adit boleh sambil pegang yang satunya.?” Pinta-ku manja.

“Boleh kok… Sini tangan kamu” Jawab tante Ida, tidak keberatan


Dengan cepat aku mulai mengarahkan tangan-ku, untuk menggapai ketiak tante Ida yang satunya. Dengan manja aku mulai memainkan lipatan ketiak tante Ida. Walaupun lipatan ketiak tante Ida sudah cukup membakar birahi-ku, namun bukan itu niat-ku sesungguhnya. Karena dengan posisi ini, aku bisa merasakan payudara tante Ida di pergelangan tangan-ku. Sesekali sengan sengaja aku merubah posisi lengan-ku, membuat payudara tante Ida yang kencang terus bergesekan dengan lenganku.

Sambil terus membenamklan wajah-ku di sela-sela ketiak tante Ida, sesekali aku melirik ke arah wajah tante ida. Untuk mengamati perubahan ekspesinya , kalau-kalau dia sadar akan lengan-ku yang dengan sengaja terus menekan-nekan payudaranya. Namun tante Ida hanya tersenyum sambil melihat ke arah-ku yang sibuk menghisap wangi tubuh-nya.

Dengan susah payah aku terus menyilangkan kedua paha-ku, untuk menutupi penis-ku yang sudah mengeras. AHhhhh sentuhan payudara tante Ida di lengan-ku sunggu membuat birahi-ku semakin memuncak.

Namun tibba-tiba..”OOOEEEE…OEEE” tangisan Rita terdengar dari kamar-nya. Dengan cepat tante Ida bangkit dan berlari menghampiri anak-nya, yang terbangun.


“Bentar yah Dit.. Rita bangun” Ucap tante Ida sambil berlari ke kamar Rita.


Aku yang sedikit merasa kecewa, hanya bisa terdiam melihat goncangan tubuh tante Ida yang semok. Setelah birahi-ku sedikit berkurang, aku pun ikut menyusul ke kamar Rita. Sesampai-nya di sana aku melihat tante Ida sedang mengganti popok Rita. Posisi tante Ida yang sedikit membungkuk, membuat payudara tante Ida terlihat menggantung di celah tangtop-nya yang berkerah rendah.


“Tante.. Rita ngompol yah.?

“Iya Dit, pempers-nya penuh.. Tuh dia udah bobo lagi..”

“iya tante, lucu yah Rita kalau lagi bobo”

“iya dong, putri tante” Jawab Tante Ida bangga.


Sebenar-nya aku sama sekali tidak melihat ke arah Rita, karena mata-ku masih terpaku pada belahan dada tante Ida, yang membusung seolah-olah ingin tumpah dari tangtop-nya.


“Kamu kena Dit begong gitu?” Tanya Tante Ida.

“eh..E..enggak.. Tante nenen-nya keliatan tuh?” Pancingku, dengan wajah polos

“Ah biarin, kamu ini yang liat.. Dit titip Rita yah? Tante mau mandi dulu.

“i..Iya tante”


Seerrrr kata-kata tante barusan membuat-ku semakin panas dingin. Mungkinkah itu tanda lampu hijau dari tante Ida. Tapi aku tidak boleh terburu-buru, paling tidak aku semakin percaya diri untuk melangkah ke rencana-ku selanjutnya.

Tak lama Rita pu kembali menangis, dengan sigap aku pun mengendong-nya. Aku memang terbiasa menggendong Rita, dan Rita pun mnjadi tenang saat aku menggendong-nya. Aku pun mulai bermain dengan Rita, Rita selalu tertawa lucu saat aku meledek-nya dengan wajahku yang sengaja aku bukin konyol.


“Eh.. anak mamah udah bangun nih..?”

Tante Ida pun selesai mandi, dan kembali menghampiri aku dan Rita. Entah sengaja atau tidak, kini tante Ida hanya mengenakan handuk putih yang hanya mampu menutupi setengah dada hingga paha-nya.

Aku-pun menjadi terpukau oleh pemandangan indah tersebut. Tubuh tante Ida yang semok dan mulus hanya tertutupi sebuah handuk, memperlihatkan payudara besarnya yang sedikit mencuat akibat lilitan handuk di dada-nya.


“Sini sayang…. Kasian tuh Kak Aditnya pegel gendong kamu”

“Hee…Gak apa-apa kok tante”


Tante Ida pun mulai meraih Rita dari gendongan-ku, membuat punggung telapak tangan-ku sempat menyentuh payudara-nya saat memindahkan Rita ke pelukan-nya. OOW sekilas aku dapat merasakan payudara Tante Ida yang empuk dan terasa dingin, karena baru selesai mandi.

Karena sudah tak tahan lagi, ku beranikan kembali menaruh tangan-ku di celah ketiak tante sambil memasang wajah usil.


“Ih abis mandi jadi dingin ketek-nya tante…heeee” Ucap-ku asal.

“Geli dong Dit.. Dasar. ..” Ucap tante Ida cuek. Dan membiarkan tangan-ku terus meraba ketiak-nya.

“Gak apa-apa kan tante? Adit suka megang ketek tante.” Jawab ku cengengesan.

“Iya terserah kamu, kalau Adit suka, Adit boleh pegang sesuka kamu..”


Wow… Jawaban ambigu tante Ida membuat-ku semakin geregetan. Akupun mulai mencubit perlahan lipatan ketiak tante Ida. Hingga membuat tante Ida sedikit menggelinjang menahan geli sambil menjaga Rita di gendongan-nya.


“Geli.. Dit..aw..” jerit tante Ida, tanpa reaksi penolakan.

“hee… gemes sih tante”

“Rita.. Om Adit nakalin ketek mamah tuh” Ujar tante Ida, mengad kepada si kecil Rita yang terlihat bingung.


Tubuh setengah telanjang tante Ida yang semok, terus meliuk-liak menahan geli di ketiak-nya. Owh membuat penisku kembali bangkit dan mengeras. Ingin rasanya aku segera menangkap kedua payudara tante Ida, namun aku masih tidak mau terburu-buru. Dan mencoba terus bermain dengan lipatan ketiak-nya.


“Aw… Udah Dit.. aw… Geli.. tante mau ganti baju dulu..aw” Ujar Tante Ida menahan geli di ketiak-nya.

“Adit masih pengen tante..” Jawab ku manja.

“Tapi tante pake baju dulu yah.. Rita juga udah bobo lagi nih.. mau tante taruh di box bayi lagi.”


Baiklah aku pun mengalah, ini masih terlalu pagi untuk memaksakan kehendak-ku. Perlahan-lahan aku pun melepaskan kedua tangan-ku dari jepitan ketiak tante Ida. Dan sedikit iseng mennyolek nakal ketiak tersebut.


“Ihh.. Jail ah jari kamu Dit..” Ujar Tante Ida manja.

“Heee… tante adit numpang pipis dong..”

“Yaudah.. sana..” Jawab tante Ida, yang sibuk meletakan perlahan Rita ke aatas box bayi.


Sebenar-nya aku bukan ingin pipis saat itu, namu aku ingin menyelesaikan siksaan di penisku yang tegang sejak tadi. Sesampai-nya di kamar mandi, aku melihat pakaian tante Ida masih tertinggal, dan menggantung di kamar mandi.

Dengan gemetar perlahan-lahan aku meraih pakaian tersebut, Kini tangtop tante Ida yang masih dibasahi keringat berada ditanganku yang terus gemetar. Kembali tanganku meraih Bh tante Ida yang juga basah oleh keringat.

Entah kenapa aku ingin sekali mencium wangi keringat tante Ida di tangtop dan Bh-nya itu. Tanpa pikir panjang aku langsung menghirup wangi tubuh tante Ida, yang tercium dari tangtopnya. Sambil metaku terus meneliti bentuk Bh tante Ida yang tergantung di tangan-ku. Cup Bh hitam tersebut, membuatku terus membayangkan bentuk isi-nya.

Dengn cepat kulorotkan celana pendek-ku dan mengocok penisku dengan sabun, sambil melihat kearah pakaian dalam tante Ida yang kembali ku gantung. Tentu saja sambil menhirup dalam-dalam aroma wangi tubuh tant Ida di tangtopnya.

Tak lama “Croott…croot..”spermaku muncrat lebih banyak dari biasanya. Dengan tubuh lemas, aku kembali menggantung tangtop tante Ida dan membersihkan sisa spermaku. Setelah selesai aku masih sempat terpaku memandangi celana dalam hitam tante Ida. Sempat terbesit difikiran-ku untuk mencoba mencium aroma celana dalam itu. Namun kembali aku urunkan niat-ku, aku masih merasa jijik untuk mencium celana dalam tersebut. Akhirnya aku keluar dari kamar mandi, dan berjalan menghampiri tante Ida yang sedang serius menonton acara televisi.


“Tante…Dek Rita bobo lagi yah?” Tanya-ku sambil duduk disamping-nya

“Iya sayang, kamu belum puas maen sama Rita yah? “ Jawb tante Ida dengan senyum manis di bibir-nya.

“Gak apa-apa lah tante, kalau dek Rita masih ngantuk”


Sambil mengobrol mata-ku terus mencuri curi pandang ke arah tunjolan kecil di ujung payudara tante Ida, yang tertutup daster tipis bercorak batik. Yah beginilah tante Ida kalau sedang dirumah, Beliau memang hampir tidak pernah mengenakan BH kecuali ada tamu yang datang.


“Dit.. Tadi Ibu-mu telefon tante.. Nyuruh kamu pulang dulu katanya..”

“Oh paling Adit disuruh makan siang dulu tante” Jawab ku

“Yaudah kamu makan aja disini Dit, Bibi(asisten rumah tangga tante Ida) udah masak ayam goreng dan sayur bayam tuh”

“Adit pulang aja deh tante”

“yakin gak mau makan disini??” Tanya tante Ida lagi.


Sebenar-nya aku masih ingin mengerjai tante Ida siang itu, namun aku masih takut terlalu terburu-buru dan membuat tante Ida curiga. Ditambah lagi karena aku sudah mengalami orgasme, sehingga birahiku semakin berkurang. Jadi-ku putuskan untuk pulang.


“Iya tante.. Tapi Adit boleh sun ketek tante gak?” Pinta-ku manja

“Dicium? Yaudah terserah kamu DIt, nih…” Jawab Tante Ida sambil mengankat salah satu tangannya.



Tanpa aba-aba aku pun langsung membenamkan wajah-ku dan mengecup ketiak tante Ida. Dengan sengaja aku menaruh tangan-ku di payudara tante Ida, hanya sekedar untuk menahan berat badanku, sekalian menguji perkembangan aksi-ku.
“Muuaah… Tante kapan-kapan Adit boleh ngetek lagi yah??”

“iya Adit, ngetek aja kapanpun kamu mau.. tapi jangan bilang Ibu-mu yah? Tante takut Ibu-mu mikir yang enggak-enggak”

“Kan cuman ngetek tante.?” Tanyaku memastikan

“Dasar kamu tuh masih kaya anak-anak fikirannya Dit.. pokonya jangan bilang Ibu-mu yah”

“Iya deh tante, Adit pamit dulu..”

“Yaudah.. Eh sini tante sun dulu.. Udah gede sombong yah gak mau tante sun”

“i..iya tante” Jawab-ku polos sambil kembali menghampiri tante Ida.

“Muuuuaahh… Udah sana pulang nanti Ibu-mu ngomel ke tante”

“Okeh.. Nanti Adit maen lagi kalo dek Rita udah bangun”

“Boleh..” Jawab Tante Ida dengan senyum manis di bibir-nya.



Akupun merasa puas hari ini, karena rencanaku berjalan dengan lancar. Apalagi sudah bisa masturbasi sambil menghirup wangi tangtop tante Ida. Rasanya tubuh-ku begitu ringan hari ini..heee. Setelah kembali ke kamar aku langsung merebah-kan tubuhku diatas kasur. Sambil menatap langit-langit kamarku, aku mulai menyusun aksi selanjutnya. Ah tapi fikiran-ku buntu, bayangan bentuk dan wangi tubuh tante Ida terus mengganggu fikiran-ku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur siang. (mission 1 Completed)

0 Response to "Tetangga Dari Neraka"

Post a Comment